Sabtu, 29 September 2012

Korek Mesin Road Race VS Drag Bike, Bedakan Posisi Seher

Ketika top, pinggir seher rata dengan blok
Road race dan drag bike dua balap motor yang berbeda konsep. Road race tidak hanya butuh mesin yang kencang, tapi harus tahan. Sedangkan drag bike sekencang-kencangnya karena hanya geber 201 meter. Soal ketahanan nomer dua.

Itu yang membuat peta korekan terhadap mesin juga berbeda. Seperti ketika seting posisi pinggir seher terhadap bagian atas blok silinder. “Di road race, pinggir seher dibuat lebih mendem,” jelas Iman Santoso, mekanik Titan Speed yang langganan juara di matic race.

Menurut Iman, bibir seher harus lebih mendem antara 0,6 sampai 0,8 mm dari blok atas. “Bahkan paling minimal banget dibuat 0,5 mm,” jelas Iman yang motornya jawara kelas 150 cc di The Master of Matic Race beberapa waktu lalu di depan Gedung Sate, Bandung.

Posisi seher lebih mendem belum termasuk paking head. Paking head sendiri 0,3 mm. Jadi, totalnya lebih dalam lagi.

Antara seher dan head jaraknya dibikin jauh agar motor tahan lama. Karena pada putaran tinggi akan mengalami getaran tinggi. Kalau antara seher dan head kelewat dekat bisa bertabrakan walau sangat kecil sekali. Namun lama-lama seher rompal.

Kalau di drag bike, berbeda. Posisi seher ketika top dibuat rata dengan bibir atas blok. Tidak takut seher mentok head karena dipake hanya sebentar.

Selain itu, untuk menghindari mentok antara seheher dengan head bisa dipasang paking tebal. Misalnya menggunakan paking dari bahan tembaga. “Tebalnya bisa sampai 0,5 mm,” jelas Utomo alias Tomo dari Tomo Speed Shop.

Misalnya di Honda BeAT 155 cc milik Tomo Speed Shop. Di drag bike Jogja dua minggu lalu menyabet juara 1 sampai 5. Diborong sendiri. Posisi pinggir atas seher dibuat rata dengan blok.
Ruang bakar dilengkapi nat selebar diameter seher
Namun perlu dilihat lagi. Motor-motor drag bisa dibikin rata antara puncak seher dengan blok. Desain ruang bakar yang diaplikasi berbeda. Di dalam ruang bakar terdapat nat.

Nat membuat ruang bakar seperti mendem. Nat dibuat selebar diameter seher. Sehingga membuat jarak antara seher dengan head jadi jauh. Intinya sama saja dengan road race dong.

Model ruang bakar nat seperti ini dijumpai di motor-motor balap 2-tak zaman dulu. Ketika itu masih menggunakan Yamaha Force-1, Suzuki RG-Sport dan Satria 120 2-tak.

Kalau di motor 4-tak seperti di Honda Tiger 2000. Namun di road race, model ruang bakar seperti ini tidak disukai. Katanya tidak enak dipakai. Model ruang bakar seperti ini dipakai motor-motor drag Thailand. Seperti di Ya­ma­­ha Mio Tomo Speed Shop.

Pilihan Ban Drag Bike, Kecil Tapi Menggigit

Balap karapan motor alias drag bike jenis balapan yang lawannya bukan cuma dikejar-kejar motor. Tapi, catatan waktu jadi acuan. Selain performa mesin, ban jadi instrumen penting untuk mendrongkrak akselerasi. Tujuannya? Ya untuk mengejar cacatan waktu terbaik.

Jadi, pada saat memilih ban jangan sampai salah pilih!! Karena jika salah resikonya, handling motor jadi susah dikendalikan alias liar. Hasilnya, catatan waktu pun jadi molor.

Di ajang balap adu kebut trek lurus, karakter ban drag semuanya berukuran kecil. Tapi, uniknya tidak mengurangi daya traksi alias lengket dengan aspal. Selain itu, serbuan ban produk Thailand ikut memeriahkan ajang karapan motor yang saat ini marak di Indonesia. Ada beberapa varian tipe dan merek ban yang dibisa digunakan di ajang balap drag bike.

Diantaranya ada varian ban yang jenisnya slik alias tanpa kembangan, bahannya terbuat dari compound yang bersifat soft disinyalir dapat menambah daya cengkram. Dilihat dari ukuran juga bervariasi dari mulai yang paling kecil 45/90-17 sampai yang paling besar 80/90-17. Selain itu, tipenya beragam, mulai dari yang cocok untuk trek basah sampai cocok disegala cuaca.

Nah, biar enggak penasaran yuk disimak ulasannya!!!
MICHELLIN PILOT SPORTY DAN M85
Menurut Bagus Ardian dari Planet ban, ban Michellin dapat menopang beban sehingga bisa menjaga daya cengkram saat dipakai balap. Ban ini punya compound super soft dan kembangannya didesain untuk balap. “Selain itu, harganya juga ekonomis, tapi kualitasnya tidak kalah dengan produk dan merek lain,” tambahnya.

Pria asal Yogyakarta ini menjelaskan, untuk ukurannya Michellin tipe Pilot Sporty ada dua jenis, 60/90-17 dibanderol Rp 265 ribu. Sedang ukuran 70/90-17 Rp 310 Ribu. “Selain itu ada tipe lain, M85 dengan ukuran 60/90-17 Rp 250 ribu,” kata Bagus yang kantornya di Jl. Tole Iskandar, No 109-110, Depok Timur.

1. MIZZLE DRACO
Keunggulan ban ini jenisnya wet and dry race. “Jadi enggak bingung ketika pada saat balapan tiba-tiba hujan turun. Karena jika dipakai di sirkuit yang kondisinya basah, ban ini akan tetap bisa mengigit,” bilang Supit Hidayat dari Mizzle Shop.

Ban ini juga dirancang untuk kecepatan maksimum 180 km/jam. Untuk urusan harga, ban ini cukup ekonomis ban dengan ukuran 70/80-17 dibanderol Rp 142 ribu, 80/80-17 dilego Rp 183 ribu dan untuk ukuran 90/80-17 harganya Rp 232 ribu. “Itu baru harganya yang list, kalo beli disini akan diberikan diskon sebesar 10%,” jelas Supi yang kantornya di Jl. Dewi Sartika, RT 004/03, Ciputat, Tangerang.

2. CAMEL
Ban yang berasal dari Thailand ini dirancang khusus untuk ban depan. Ukurannya pun paling kecil dibandingkan dengan varian lain. Ukuran 45/90-17 tidak mengurangi daya gigit karena bahannya menggunakan soft compound.

Selain itu, Menurut Tomo, ban yang dijual dengan harga Rp 275 ribu ini dilengkapi dengan ukuran beban maksimum 78 kg. “Ban ini khusus untuk depan. Jadi, ada ukuran maksimum, juga sebagai acuan bahwa ban ini tidak bisa digunakan di belakang,” beber Tomo yang bos Tomo Speed Shop di Jl. Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.

3. IRC EAT MY DUST

Ban ini termasuk paling akrab dengan motor drag. Maklum, di pasaran merek dan tipe ban ini laris manis diserbu para speed jungkies. Selain itu, untuk mendapatkan jenis ban ini tidak sulit. “Sekarang ini Eat My Dust yang lagi banyak dicari orang,” bilang Veronica Nancy dari New Gaya Motor di Jl. HOS Cokrominoto No. 7E, Kreo, Batas, Ciledug, Tangerang.

Keunggulannya, ban yang ‘dilahirkan’ dari pabrik ban IRC Thailand ini memiliki compound yang memang sudah didesain untuk balap, sehingga memang harganya sedikit lebih mahal.

Selain itu, “Eat My Dust itu kembangannya banyak. Bentuk grip ban segitiga jadi bisa lebih lengket dengan aspal. Apalagi jika dipakai ketika trek dalam kondisi basah,” ungkap Tomo alias Utomo Tjioe, komandan Tomo Speed.

Untuk harga dan ukuran ban ini ada 4 varian. Yaitu, untuk ukuran 45/90-17 harganya Rp 425 ribu, sedangkan untuk ukuran 60/80-17 harganya Rp 475 ribu. Ukuran 70/80-17 harganya Rp 525 ribu dan ban yang cocok untuk ban belakang yang ukurannya 50/100-17 harganya Rp 550 ribu.

4. VEE RUBBER DRAKULA DAN SATAN
Vee Rubber termasuk ban yang juga banyak beredar diajang adu kebut. Walaupun banyak yang mengeluhkan kembangan ban ini cepat habis, namun ban asal Thailand ini masih akrab dengan motor drag.

Saat ini, Vee Rubber baru saja mengeluarkan varian baru, yaitu Vee Rubber Drakula. Ban dengan tipe slik alias tanpa kembangan punya beban lebih ringan dibandingkan dengan merek dan tipe yang lainnya. Tetapi, tidak mengurangi daya traksi.

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, Vee Rubber itu bisa dibilang ban paling lengket. Apalagi sekarang ada tipe baru yang tanpa kembang, walaupun ban ini belum pernah dijajal, tapi kemungkinan bisa lebih mencengkram lagi,” tambah pria yang tokonya berada di Jl. Kebon Jeruk IX No. 20, Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

Dari segi harga, Vee Rubber Drakula lebih mahal jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu Vee Rubber Satan. Untuk ukuran 60/75-17 dibanderol Rp 650 ribu dan ukuran 65/75-17 seharga Rp 650 ribu. Sedangkan Vee Rubber Satan, ukuran 60/80-17 dilego Rp 450 ribu dan ukuran 70/80-17 harganya Rp 500 ribu.

Bursa Ban Drag Bike, Ikut Dongkrak Akselerasi

 
Buat adu kebut di trek lurus bin lempeng, ban jadi komponen yang pentung untuk mendongkrak akselerasi. Apalagi di drag bike cuma satu kali start untuk tentukan posisi.

Makanya, salah pilih ban selain handling motor jadi liar, waktu yang didapat juga jauh melorot. “Terutama ketika start, kalau nggak tahu karakter, bisa liar di belakang tuh,” ungkap Utomo, owner Tomo Speed Shop.

Di ajang drag bike kini ada beberapa merek ban yang umum dipakai tim-tim balap. Di antaranya Vee Rubber tipe Satan, IRC tipe Eat My Dust, Dunlop dan Camel. “Kalau pilihan, tergantung pembalap mau pakai yang mana,” bilang Tomo.

Tapi dengan profil yang segitiga, ketika motor berjalan, traksi ban dengan aspal jadi lebih minim ketimbang Eat My Dust. “Tipe kembangan Satan yang memang sedikit lebih cocok buat dipakai di trek kering. Sedang Eat My Dust kembangan lebih banyak,” tambah Tomo .

Soal ukuran, banyak yang pilih 45/90-17 hingga 50/90-17 buat depan. Sedang untuk belakang, mulai dari 60/80-17 hingga 60/90-17.

Salah Kaprah Harian
Namun begitu, ada juga pengguna motor mengaplikasi ban drag buat harian. Ditinjau dari segi fungsi, jelas sudah salah kaprah. “Dampaknya jelas tidak aman, sebab profil ban yang tipis dapat mengurangi traksi ban terhadap aspal ketika diajak menikung. Berbahaya sekali, motor pastinya mudah tergelincir ketika melibas tikungan,” bilang Tomo.

Alasan penggunaan ban drag bike dipakai harian ini, semata-mata hanya mengejar gaya. Bahkan aplikasinya sudah mewabah menjadi tren. “Iya aplikasi ban drag bike mengikuti tren Thailook. Yakni dengan mengganti lingkar roda 17 inci yang dibalut ban drag,” kata Johanes pedagang variasi dari X-16.

Tidak Semua Pabrikan Punya
Meski fenomena balap drag makin subur, terbukti tidak semua pabrikan ban ikut bermain di segmen ini. CST misalnya. “Pabrikan kami di China belum memiliki varian khusus drag. Tapi, sudah kami usulkan untuk ikut di ajang balap trek lurus ini,” kata Nelson Lie, Director Marketing CST Indonesia.

Corsa pabrikan ban yang cukup berkiprah di balapan, baru saja mengembangkan varian spesial yang memang hanya untuk balap di trek lurus 201 atau 402 meter. “Sudah dites di beberapa kejuaraan balap. Hasilnya lumayan bagus. Namun saat ini belum dijual bebas. Kami masih dalam tahap produksi,” sebut Danny Champez, Marketing dari PT Multistada Arah Sarana, produsen Corsa.

Pilihan Ban Drag Bike, Kecil Tapi Menggigit

Balap karapan motor alias drag bike jenis balapan yang lawannya bukan cuma dikejar-kejar motor. Tapi, catatan waktu jadi acuan. Selain performa mesin, ban jadi instrumen penting untuk mendrongkrak akselerasi. Tujuannya? Ya untuk mengejar cacatan waktu terbaik.

Jadi, pada saat memilih ban jangan sampai salah pilih!! Karena jika salah resikonya, handling motor jadi susah dikendalikan alias liar. Hasilnya, catatan waktu pun jadi molor.

Di ajang balap adu kebut trek lurus, karakter ban drag semuanya berukuran kecil. Tapi, uniknya tidak mengurangi daya traksi alias lengket dengan aspal. Selain itu, serbuan ban produk Thailand ikut memeriahkan ajang karapan motor yang saat ini marak di Indonesia. Ada beberapa varian tipe dan merek ban yang dibisa digunakan di ajang balap drag bike.

Diantaranya ada varian ban yang jenisnya slik alias tanpa kembangan, bahannya terbuat dari compound yang bersifat soft disinyalir dapat menambah daya cengkram. Dilihat dari ukuran juga bervariasi dari mulai yang paling kecil 45/90-17 sampai yang paling besar 80/90-17. Selain itu, tipenya beragam, mulai dari yang cocok untuk trek basah sampai cocok disegala cuaca.

Nah, biar enggak penasaran yuk disimak ulasannya!!!
MICHELLIN PILOT SPORTY DAN M85
Menurut Bagus Ardian dari Planet ban, ban Michellin dapat menopang beban sehingga bisa menjaga daya cengkram saat dipakai balap. Ban ini punya compound super soft dan kembangannya didesain untuk balap. “Selain itu, harganya juga ekonomis, tapi kualitasnya tidak kalah dengan produk dan merek lain,” tambahnya.

Pria asal Yogyakarta ini menjelaskan, untuk ukurannya Michellin tipe Pilot Sporty ada dua jenis, 60/90-17 dibanderol Rp 265 ribu. Sedang ukuran 70/90-17 Rp 310 Ribu. “Selain itu ada tipe lain, M85 dengan ukuran 60/90-17 Rp 250 ribu,” kata Bagus yang kantornya di Jl. Tole Iskandar, No 109-110, Depok Timur.

1. MIZZLE DRACO
Keunggulan ban ini jenisnya wet and dry race. “Jadi enggak bingung ketika pada saat balapan tiba-tiba hujan turun. Karena jika dipakai di sirkuit yang kondisinya basah, ban ini akan tetap bisa mengigit,” bilang Supit Hidayat dari Mizzle Shop.

Ban ini juga dirancang untuk kecepatan maksimum 180 km/jam. Untuk urusan harga, ban ini cukup ekonomis ban dengan ukuran 70/80-17 dibanderol Rp 142 ribu, 80/80-17 dilego Rp 183 ribu dan untuk ukuran 90/80-17 harganya Rp 232 ribu. “Itu baru harganya yang list, kalo beli disini akan diberikan diskon sebesar 10%,” jelas Supi yang kantornya di Jl. Dewi Sartika, RT 004/03, Ciputat, Tangerang.

2. CAMEL
Ban yang berasal dari Thailand ini dirancang khusus untuk ban depan. Ukurannya pun paling kecil dibandingkan dengan varian lain. Ukuran 45/90-17 tidak mengurangi daya gigit karena bahannya menggunakan soft compound.

Selain itu, Menurut Tomo, ban yang dijual dengan harga Rp 275 ribu ini dilengkapi dengan ukuran beban maksimum 78 kg. “Ban ini khusus untuk depan. Jadi, ada ukuran maksimum, juga sebagai acuan bahwa ban ini tidak bisa digunakan di belakang,” beber Tomo yang bos Tomo Speed Shop di Jl. Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.

3. IRC EAT MY DUST

Ban ini termasuk paling akrab dengan motor drag. Maklum, di pasaran merek dan tipe ban ini laris manis diserbu para speed jungkies. Selain itu, untuk mendapatkan jenis ban ini tidak sulit. “Sekarang ini Eat My Dust yang lagi banyak dicari orang,” bilang Veronica Nancy dari New Gaya Motor di Jl. HOS Cokrominoto No. 7E, Kreo, Batas, Ciledug, Tangerang.

Keunggulannya, ban yang ‘dilahirkan’ dari pabrik ban IRC Thailand ini memiliki compound yang memang sudah didesain untuk balap, sehingga memang harganya sedikit lebih mahal.

Selain itu, “Eat My Dust itu kembangannya banyak. Bentuk grip ban segitiga jadi bisa lebih lengket dengan aspal. Apalagi jika dipakai ketika trek dalam kondisi basah,” ungkap Tomo alias Utomo Tjioe, komandan Tomo Speed.

Untuk harga dan ukuran ban ini ada 4 varian. Yaitu, untuk ukuran 45/90-17 harganya Rp 425 ribu, sedangkan untuk ukuran 60/80-17 harganya Rp 475 ribu. Ukuran 70/80-17 harganya Rp 525 ribu dan ban yang cocok untuk ban belakang yang ukurannya 50/100-17 harganya Rp 550 ribu.

4. VEE RUBBER DRAKULA DAN SATAN
Vee Rubber termasuk ban yang juga banyak beredar diajang adu kebut. Walaupun banyak yang mengeluhkan kembangan ban ini cepat habis, namun ban asal Thailand ini masih akrab dengan motor drag.

Saat ini, Vee Rubber baru saja mengeluarkan varian baru, yaitu Vee Rubber Drakula. Ban dengan tipe slik alias tanpa kembangan punya beban lebih ringan dibandingkan dengan merek dan tipe yang lainnya. Tetapi, tidak mengurangi daya traksi.

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, Vee Rubber itu bisa dibilang ban paling lengket. Apalagi sekarang ada tipe baru yang tanpa kembang, walaupun ban ini belum pernah dijajal, tapi kemungkinan bisa lebih mencengkram lagi,” tambah pria yang tokonya berada di Jl. Kebon Jeruk IX No. 20, Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

Dari segi harga, Vee Rubber Drakula lebih mahal jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu Vee Rubber Satan. Untuk ukuran 60/75-17 dibanderol Rp 650 ribu dan ukuran 65/75-17 seharga Rp 650 ribu. Sedangkan Vee Rubber Satan, ukuran 60/80-17 dilego Rp 450 ribu dan ukuran 70/80-17 harganya Rp 500 ribu.

Rahasia Biar Ban Drag Bike Lebih Mengigit


Dioles bensol atau bensin
Drag bike adalah balap yang mengutamakan catatan waktu. Sampai seperseratus detik angkanya bisa kelihatan. Dipastikan faktor penggunaan ban sangat menentukan catatan waktu yang memang ketat sekali .

Paling utama tentu memilih ban yang digunakan lebih dulu. Paling krusial ban belakang karena power mesin disalurkan lewat cengkraman karet bundar bagian belakang ini. Jadi, memang benar diperlukan ban yang menggigit.

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, paling bagus untuk saat ini menggunakan ban IRC Eat My Dust. Ban yang dikeluarkan dari pabrikan IRC Thailand ini memang mahal. Tapi, hasilnya sangat paten karena bukan saja kembangnya yang bagus, tapi compound sangat lunak dan memang compund racing.

Pilihan kedua merek HUT atau Vee Rubber. Ini sih hampir setara ban drag lokal yang banyak di pasaran. Hanya kompon saja yang lunak, tapi belum termasuk compound racing. Makanya ban ini direkomendasikan oleh Miekeel hanya untuk dipakai untuk ban depan.

Untuk itu, buat ban belakang lebih bagus tetap gunakan IRC Eat My Dust. “Bagian yang menapak ke aspal juga benar-benar mendukung untuk mengurangi gejala selip,” jelas Miekeel yang endut dan berkacamata itu.

Namun bukan berarti menggunakan ban IRC Eat My Dust sudah langsung bisa start. Tetap harus butuh perlakukan khusus. Miekeel biasanya pasang tire warmer atau pemanas ban untuk menjaga suhu ban tetap stabil.

Selain itu, ketika mau race juga ada trik khusus yang mantap dilakukan. Permukaan ban yang menapak ke aspal dilumuri bensol. Maksudnya adalah agar karet jadi lunak dan lebih dari soft compound.

Namun supaya tidak licin yang bisa bikin catatan waktu molor, permukaan ban juga harus dibuat sedikit lebih panas. Caranya bisa dengan dibawa burn out. Baru deh bisa langsung start. Wussss...