Minggu, 28 Oktober 2012

Tips Kaki-Kaki

Cek Bos Tengah Laher Roda, Demi Stabilitas


Menyepelekan leher roda oblak, ternyata bukan cuma bikin kestabilan motor berkurang. Tapi, juga mudah mengkikis dan mengubah bentuk permukaan luar bosh as laher roda. Padahal peranti ini bisa dibilang paling jarang bermasalah kecuali kalau lupa dipasang atau salah beli ukuran.

Begitu bosh rusak ditambah laher bermasalah atau belum pernah diganti, poros dan ring dalam bantalan laher secara otomatis menekan kedua ujung bos tengah hingga membuat bentuk dan panjangnya berubah.

Nah, kalau bentuk kedua ujung bos tengah tadi miring atau panjangnya berkurang, efek buruk yang paling terasa roda tidak mau berputar saat mur as roda dikencangkan.

Jika terjadi seperti itu baiknya jangan dipaksa jalan. Kalau diacuhkan biasanya laher roda cepat oblak dan memperparah bos tengah.

Untuk mengatasinya lebih dulu ganti bos tengah laher roda rusak dengan yang baru. Pastikan dulu bahwa diameter luar dan dalam bos leher serta panjang sesuai aslinya. Bila kurang sampau selisih nya 0,5 mm lebih, as roda masih enggak mau berputar.

Selanjutnya ganti kedua laher roda bila oblak untuk memaksimalkan kerjanya. Baru deh as roda bisa dikencangan pakai kunci ring sesuai kekuatan momen yang diperlukan masing-masing mur as roda.
Tips Kaki-Kaki

Setel Pelek, Haram Oleng dan Oval


Setel pelek harus mencakup dua dimensi. Tidak hanya oleng jika dilihat dari depan atau belakang motor. Tapi, pelek juga harus disetel supaya bulat alias tidak oval.

Pengalaman setel pelek dua dimensi ini dialami langsung oleh penulis. Ketika mengalami masalah pelek di motor matic. Gejalanya ban botak sebelah dan pelek sepertinya oval.

Ketika itu dibawa menuju bengkel press pelek Surya Motor Service di Jl. Kebon Jeruk XIV, No. 25A, Kota, Jakarta Barat. Menurut Suryadi yang mengerjakan pres pelek, setel pelek bukan hanya menghilangkan oleng, tapi pelek harus kembali bundar. Ketika dikendarai jadi lurus dan tidak naik-turun kecepatan motornya.

Sistem urut pelek yang dilakukan Suryadi tidak main api. Semua dikerjakan dengan sistem press. Cara melihat kelurusan alias keolengan pelek dilihat pakai jarum yang dipasang di sisi samping atau kanan-kiri pelek. Sehingga bisa tahu kalau bibir pelek terlihat oleng jika kita diputar pakai tangan.

Sedangkan untuk melihat apakah pelek oval, bisa dilihat dengan pasang jarum di sisi luar pelek. Kalau pelek diputar terihat naik-turun sisi luarnya, menandakan pelek itu oval. Harus kembali dipress dari posisi atas pelek.
Virus Modifikasi

Virus Plus Arm Fino Thailand, Stabil Juga Tetap Gaya


Ini dia! Virus atau tren buat dijadikan acuan pemilik skubek Tanah Air. Seperti dilakukan Arief Rahman Hasyim. Di pakai lengan ayun milik Yamaha Fino di Fino milik istrinya.

“Iya. Itu gara-gara melihat Yamaha Fino versi Thailand dilengkapi swing arm. Tapi, anehnya kok di kita malah enggak aplikasi. Jadi, kayak ada yang hilang di sisi kanan atau knalpot,” ujar pria yang akrab disapa Billy dan bisa diajak ngobrol di HP 0816-1601160.

Menariknya, langkah yang dilakukan Billy yang juga pemilik gerai modif Billy Speed itu juga diikuti beberapa rekan-rekannya. Seperti Fahrul Rozy yang pemilik Yamaha Fino kelir kuning ini.

"Habisnya Yamaha terkesan tanggung banget menghadirkan Fino tanpa arm. Sedang versi Thailand saja pakai arm. Sebagai penyuka modif, ya akhirnya saya berkiblat ke Thailand,” ungkap Fahrul yang tinggal di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Langkah Fahrul dan Billy juga mengenai Mathias yang pemilik Yamaha Mio Sporty. Pemilik workshop TB Airbrush ini kenal dekat dengan Billy. Ketika disodorkan virus arm Fino pun dia ikut pasang.

"Selain bikin tampilan lebih beda, yang pasti bisa bikin handling lebih stabil. Buat ikutan contezt, rasanya juga punya nilai lebih,” sebut pria yang motornya tampil di atas tulisan ini.

Begitunya ada perbedaan selera diantara mereka bertiga. Buat Fahrul, lebih suka lengan ayun standar Fino langsung nempel di besutannya. Beda dengan Mathias dan Billy yang sudah memodifikasi arm itu.

"Kalau saya sih lihat arm standarnya sudah enak. Jadi, buat apa dipotong-potong. Lagi juga, sayang kalau dipotong karena belinya sudah cukup mahal dari Thailand,” beber Fahrul.

Tetapi buat pasang arm ini, as roda mesti pakai milik Yamaha Nouvo satu set dengan sil-nya. "Karena as roda Fino Indonesia masih kurang panjang,” sebut Billy yang workshop-nya di Jl. Taruna Jaya 2, No. 39C, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Virus Modifikasi

Tren Model Pelek Terkini, Bagai Sepatu Cewek

Pelek merupakan unsur terpenting dalam penampilan sepeda motor. Pasalnya di zaman yang fashionable ini, pelek sudah seperti sepatu pada wanita, harus tampil mewah, enak dipandang mata dan sesuai dengan gaun yang dipakai.

“Sekarang motor baru yang dimodif pertama diganti pelek dan ban dulu,” kata Willy Dreeskandar, owner bengkel F-16 Indoneisa Workshop Association. Nah, parbrikan juga menyediakan berbagai desain pelek untuk mendukung penampilan modifikasi, atau menambah keren tampilan motor brother. Monggo dipilih.

MAIN WARNA DAN BERLUBANG
Untuk pelek ring 17 inci banyak variasinya, seperti pelek SPS yang yang punya ukuran 1,20 inci pada bagian depan dan 1,40 inci untuk pelek belakang. Punya desain bolong-bolong atau berlubang pada bagian dindingnya. Karena bolong-bolong, jadi pelek yang dibanderol Rp 750 ribu per set ini identik dengan pelek drag.

Ada juga merek Sharky, pelek ini punya desain permainan warna yang meriah. Pada bagian lubang jari-jari warnanya berbeda-beda sehingga pelek yang berukuran 1,40 inci ini terlihat matching. Pelek produksi Thailand ini punya bentuk yang mengembung pada bagian jari-jarinya, sehingga warna yang terdapat pada lubang jari-jari itu bisa lebih jelas terlihat.

GAYA BOBBERSementara itu, buat brother yang suka dengan modifikasi ada beberapa alternatif desain pelek. Seperti pelek lokal bermerk SQ, pelek ini cocok untuk motor matik yang ingin aplikasi ban gambot, karena pelek ini lebarnya 3,00 inci.

Asiknya, Pelek yang cocok untuk motor matik yang ingin dimodif gaya bobber ini keadaannya masih mentah. Jadi, brother enggak ragu untuk mengubah warnanya.

Selain itu, pelek asli buatan lokal ini terbuat dari besi. Sehingga brother aman jika riding melintasi jalanan yang kondisinya kurang mulus. Jadi, jika pelek itu benjol cukup dibetulkan dengan cara disetel ulang tanpa harus dipress.


SPORTY & JADULRim 17 inci tentu biasanya diaplikasi di motor bebek dan sport. Dari desain, pilihan warna dan bentuk palang sangat banyak.

Desain pelek palang lebih condong ke kesan modern. Contoh desain pelek Chemco, pelek ini diminati pembesut motor batangan kelas 200 cc ke bawah karena bentuk palang menyerupai pelek Kawasaki Ninja 250R, yang sporty. Warna yang tersedia putih, hitam dan oranye.

Beda lagi dengan pelek mono blok rim 17, walau pelek palang namun kesan yang didapat motor jadul. Axio ring 17 dengan model palang 20 yang sekarang sedang ramai dipakai di skubek. Palang 3, 6, 8 dan 10 juga ada, bro.

BANYAK PALANGDi kelas pelek matik ini ukuran yang bermain adalah ukuran lebar. Karena kebanyakan motor matik memodifikasi peleknya jadi lebih gambot dibanding standar.

Desainnya menyerupai pelek mobil, seperti merek POWER. Juga ada pelek palang dengan jumlah palang sebanyak 20 bahkan 24 palang, mirip seperti pelek jari-jari.

Selain itu ada juga desain palang yang dibentuk menyerupai bunga Rose, sehingga disebut dengan palang Rose, jumlah palangnya ada 5. Pelek DBS ring 14 inci, desainnya menyerupai pelek mobil balap dengan ukuran 1,60 – 1,85 inci.

Rabu, 10 Oktober 2012

Tips Performance

Beda CDI Standar dan Racing, Ada di Timing Pengapian dan Limiter


Bagi yang senang korek mesin pasti sudah paham apa itu CDI racing. Namun bagi pemula yang baru kenal motor tidak mengerti apa itu CDI racing. Bahkan bisa diartikan salah kaprah. CDI racing bisa dibilang untuk membesarkan api busi. Ini harus diluruskan.

Pertanyaan apa sih CDI racing pernah terlontar dari pembaca. Untuk itu bisa dijelaskan lagi. CDI racing dengan CDI standar ada perbedaan. “Pertama, dari timing atau derajat pengapian. Diukur dari TMA (Titik Mati Atas) atau posisi piston paling atas atawa TOP,” jelas Novry Zainulloh dari NZ Racing di Jl. KH Mas Mansyur, Ciledug, Tangerang.

CDI racing biasanya timing pengapian lebih advanced. Maksudnya derajat pengapian lebih maju. Misalkan di CDI standar pada 6.000 rpm, timing pengapiannya 30 sebelum TMA. Api busi memercik 30 sebelum TMA. Nah, di CDI racing bisa saja lebih maju 32 derajat.

Biasanya oleh produsen CDI racing dites menggunakan dinotes atau di sirkuit. Berdasarkan coba-coba, timing pengapian dimajukan. Atau bahkan dimundurkan. Kemudian dites, jika power naik dan tidak ngelitik didapat derajat yang pas.

Setelah didapat derajat yang pas, oleh produsen CDI racing diproduksi massal. Biasanya timing pengapian ini disesuikan dengan kondisi bahan bakar lokal. Ada hubungan dengan oktan bensin.

Makin bagus bahan bakar, punya oktan yang tinggi. Misalnya bensin Premium punya oktan 88. Setelah ganti pakai Pertamax Plus oktannya 92. Timing pengapian bisa lebih maju supaya power yang digapai maksimal. Karena bahan bakar oktan tinggi perlu pembakaran lebih lama agar tuntas terbakar.
CDI racing programable bisa atur maju mundur derajat pengapian
Di CDI racing, selain timing pengapian yang berbeda dengan CDI standar, biasanya rpm limiter dihilangkan. Misalnya di motor standar yang asalnya limiter di 9.500 rpm mesin sudah mbrebet, di CDI racing bisa dihilangkan. Bahkan bisa diseting lebih tinggi. Misalnya di 14.000 rpm supaya mesin lebih teriak. Di motor standar dikasih rpm limiter atau putaran dibatasi supaya awet dan irit.

Dalam penentuan timing pengapian juga berhubungan dengan rasio kompresi. Misal dari spesifikasi teknik di motor standar 9,3 : 1. Cukup pakai bensin Premium dengan timing pengapian 30 derajat.

Begitu rasio kompresi dibikin 12,5 : 1 tak bisa pakai Premium. Minimal harus Pertamax Plus dengan timing pengapian harus lebih maju. Makanya di balap muncul CDI racing programmable. Artinya timing bisa diubah-ubah sesaui rasio kompresi dan bahan bakar.
Tips Performance

Bore Up Honda Vario Techno 125 PGM-FI, Bisa Pakai PCX 150

Kemunculan Honda PCX 150 membawa angin segar bagi pemilik Honda Vario Techno 125 PGM-FI yang suka akselerasi. Karena banyak dari sobat biker berpikir kalau Vario 125 bisa dibore up pakai engine milik PCX 150. Benar enggak ya?

“Konsep mesin PCX 150 dan Honda Vario Techno 125 PGM-FI sama. Yaitu, eSP Engine (Enhanced Smart Power). Tetapi, untuk substitusi, tentu banyak penyesuaian,” ujar Sarwono Edhi, Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM).

Memang, kalau bicara soal baut empat pemegang silinder blok dan kepala silinder, keduanya tidak berubah. Jadi, blok PCX 150 bisa langsung pasang. Perbedaannya hanya di bagian water jacket saja. Itu bisa disebabkan karena piston PCX 150 memang lebih besar dari piston Vario 125.

Yang jelas, ketika aplikasi piston PCX buat di Vario, kudu mengubah pen piston. Itu karena pin piston milik PCX 150 berdiameter 14 mm. Sedang pin piston Vario 125 punya diameter 13 mm. “Besarnya torsi yang dimiliki PCX 150 membuat pin piston juga lebih besar. Sehingga piston lebih kuat menahan torsi yang lebih besar,” tambah Edhi yang ramah.

Maka itu kalau tidak mau repot, baiknya juga aplikasi kruk as milik PCX juga. Besarnya ubahan piston juga kudu diukuti dengan perubahan diameter klep. Klep bisa juga pakai PCX 150. Jika di Vario 125 pakai klep 27 mm (in) dan 22 mm (ex), maka PCX 150 usung klep 29 mm (in) dan 23 mm (ex).

Lagi-lagi, kalau enggak mau repot sih bisa saja usung seluruh jeroan dan kepala silinder PCX 150. Toh, bisa langsung pasang juga kok. Paling hanya menyesuaikan paking head saja. Karena bentuk paking Vario dan PCX berbeda.

Langkah terakhir, penyesuaian di injektor. Maklum! Karena tak lagi aplikasi spuyer, maka injektor yang kudu diganti agar kebutuhan di ruang bakar terpenuhi. Injektor, bisa juga pakai milik PCX 150.

Nah, terjawab sudah. Jadi, ada pilihan bore up tuh buat bikin Vario 125 berlari makin kencang.
Tips Performance

Beda Diameter Leher Knalpot Racing dan Standar


Ini ulasan soal perbedaan diameter knalpot standar dan racing. Diangkat lewat pertanyaan yang diajukan di grup Facebook MOTOR Plus Reader. Seperti dikutip dari kiriman wall Yoga Cristian Audiger yang nulis “Saya kemarin baru beli knalpot racing untuk Yamaha Scorpio, tapi kalau saya perhatikan leher knalpotnya ternyata jauh lebih kecil daripada originalnya. Apakah ada pengaruhnya terhadap akselarasi dan top speed?”.

Kita bahas soal knalpot standar dulu. Memang kebanyakan knalpot racing, diameter lehernya lebih kecil dibandingkan standar. “Perbedaan diameter luar leher knalpot itu, karena knalpot standar biasanya dilapis seperti kondom sekitar 2 sampai 3 lapis untuk konsumen protek. Juga sebagai peredam panas yang berlebihan,” jelas M. Abidin, General Manager Service Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).

Dari perbedaan ini, coba ulas soal diameter dalam dan luar knalpot standar Yamaha Scorpio. Untuk diameter dalam leher knalpot Scorpio bisa diukur dengan jangka sorong sekitar 34,5 mm, sedangkan diameter luar didapat sekitar 49,5 mm. Terlihat dari angka yang tertulis beda angka diameter dalam dan luar sekitar 15 mm. Itu karena terdapat lapisan dileher knalpot.

“Knalpot standar didesain untuk efisiensi engine, sedangkan knalpot racing diciptakan sesuai kebutuhan setingan engine yang sudah abnormal. Tentu saja ukuran pun pasti berubah,” tambah Abidin. Jadi, kalau dipermasalahkan soal diameter luar leher knalpot, coba deh lihat diameter dalamnya apakah sama atau berbeda.

Perbedaan diameter leher knalpot yang lebih besar atau kecil, pasti sangat pengaruh terhadap akselarasi motor. Dengan diameter leher lebih kecil, akselarasi bawah pasti lebih cepat naik alias galak.

"Sedangkan diameter leher yang lebih besar akselarasi malah jadi lebih lemot dibanding dengan diameter leher yang kecil,” jelas Sarjono, mekanik yang nengok disapa Kancil dari bengkel Sweet Martabak Racing (SMR), yang bermukim di Jl. Joglo Raya No. 190, Ciledug, Tangerang, (depan SMA Yadika 5).
Tips Kelistrikan

Lampu Xeon, Bisa Dirogoh Juga


Edisi terdahulu pernah membahas mengganti bohlam lampu Kawasaki New Ninja 250 dengan cara dirogoh. Eit.., jangan ngeres dulu, ya. Maksudnya melepas bohlam yang putus di batok lampu enggak perlu bongkar cover bodi. Tapi, lewat celah yang ada di balik tebeng depan.

Nah, ternyata cara ini juga bisa dilakukan pada Yamaha Xeon atau Mio Soul. Kebetulan posisi rumah reflektonya ada di bawah tebeng depan dan bukan di batok setang seperti umumnya. Bahkan prosesi penggantian bohlam lampu putus di skubek ini hampir sama, yaitu dengan cara dirogoh.

“Biar prosesnya sama, namun pada skubek ini sedikit lebih sulit lantaran celahnya yang agak sempit. Makanya biar tidak makan waktu lama, mesti tahu dulu triknya agar proses mencabut fitting lampu dan pemasangan bohlam di rumah reflektor tepat,” ujar Hendra Wijaya, mekanik Em-Tech di Jl. Tiga Putra, Komp. Lemigas, Maruyung, Limo, Depok.

Untuk langkahnya, Hendra memaparkan secara bertahap. Dimulai dari memasukkan salah satu tangan ke celah di balik tebeng lampu buat melepas karet pelindung. Lalu rumah fitting lampu di lubang dudukan bohlam dicopot, caranya ditekan lebih dulu lalu diputar ke kiri agar kaki-kaki penguncinya bebas.

Berikutnya bohlam putus dicopot lalu diganti dengan yang baru. Cuma biar enggak repot saat memasukkan bohlam ke lubang dudukannya di rumah reflector, pastikan nok atau kaki penahan bohlam ada di atas. “Karena hampir semua dudukan nok di lubang reflector posisinya ada di atas,” ingatnya.

Sabtu, 29 September 2012

Korek Mesin Road Race VS Drag Bike, Bedakan Posisi Seher

Ketika top, pinggir seher rata dengan blok
Road race dan drag bike dua balap motor yang berbeda konsep. Road race tidak hanya butuh mesin yang kencang, tapi harus tahan. Sedangkan drag bike sekencang-kencangnya karena hanya geber 201 meter. Soal ketahanan nomer dua.

Itu yang membuat peta korekan terhadap mesin juga berbeda. Seperti ketika seting posisi pinggir seher terhadap bagian atas blok silinder. “Di road race, pinggir seher dibuat lebih mendem,” jelas Iman Santoso, mekanik Titan Speed yang langganan juara di matic race.

Menurut Iman, bibir seher harus lebih mendem antara 0,6 sampai 0,8 mm dari blok atas. “Bahkan paling minimal banget dibuat 0,5 mm,” jelas Iman yang motornya jawara kelas 150 cc di The Master of Matic Race beberapa waktu lalu di depan Gedung Sate, Bandung.

Posisi seher lebih mendem belum termasuk paking head. Paking head sendiri 0,3 mm. Jadi, totalnya lebih dalam lagi.

Antara seher dan head jaraknya dibikin jauh agar motor tahan lama. Karena pada putaran tinggi akan mengalami getaran tinggi. Kalau antara seher dan head kelewat dekat bisa bertabrakan walau sangat kecil sekali. Namun lama-lama seher rompal.

Kalau di drag bike, berbeda. Posisi seher ketika top dibuat rata dengan bibir atas blok. Tidak takut seher mentok head karena dipake hanya sebentar.

Selain itu, untuk menghindari mentok antara seheher dengan head bisa dipasang paking tebal. Misalnya menggunakan paking dari bahan tembaga. “Tebalnya bisa sampai 0,5 mm,” jelas Utomo alias Tomo dari Tomo Speed Shop.

Misalnya di Honda BeAT 155 cc milik Tomo Speed Shop. Di drag bike Jogja dua minggu lalu menyabet juara 1 sampai 5. Diborong sendiri. Posisi pinggir atas seher dibuat rata dengan blok.
Ruang bakar dilengkapi nat selebar diameter seher
Namun perlu dilihat lagi. Motor-motor drag bisa dibikin rata antara puncak seher dengan blok. Desain ruang bakar yang diaplikasi berbeda. Di dalam ruang bakar terdapat nat.

Nat membuat ruang bakar seperti mendem. Nat dibuat selebar diameter seher. Sehingga membuat jarak antara seher dengan head jadi jauh. Intinya sama saja dengan road race dong.

Model ruang bakar nat seperti ini dijumpai di motor-motor balap 2-tak zaman dulu. Ketika itu masih menggunakan Yamaha Force-1, Suzuki RG-Sport dan Satria 120 2-tak.

Kalau di motor 4-tak seperti di Honda Tiger 2000. Namun di road race, model ruang bakar seperti ini tidak disukai. Katanya tidak enak dipakai. Model ruang bakar seperti ini dipakai motor-motor drag Thailand. Seperti di Ya­ma­­ha Mio Tomo Speed Shop.

Pilihan Ban Drag Bike, Kecil Tapi Menggigit

Balap karapan motor alias drag bike jenis balapan yang lawannya bukan cuma dikejar-kejar motor. Tapi, catatan waktu jadi acuan. Selain performa mesin, ban jadi instrumen penting untuk mendrongkrak akselerasi. Tujuannya? Ya untuk mengejar cacatan waktu terbaik.

Jadi, pada saat memilih ban jangan sampai salah pilih!! Karena jika salah resikonya, handling motor jadi susah dikendalikan alias liar. Hasilnya, catatan waktu pun jadi molor.

Di ajang balap adu kebut trek lurus, karakter ban drag semuanya berukuran kecil. Tapi, uniknya tidak mengurangi daya traksi alias lengket dengan aspal. Selain itu, serbuan ban produk Thailand ikut memeriahkan ajang karapan motor yang saat ini marak di Indonesia. Ada beberapa varian tipe dan merek ban yang dibisa digunakan di ajang balap drag bike.

Diantaranya ada varian ban yang jenisnya slik alias tanpa kembangan, bahannya terbuat dari compound yang bersifat soft disinyalir dapat menambah daya cengkram. Dilihat dari ukuran juga bervariasi dari mulai yang paling kecil 45/90-17 sampai yang paling besar 80/90-17. Selain itu, tipenya beragam, mulai dari yang cocok untuk trek basah sampai cocok disegala cuaca.

Nah, biar enggak penasaran yuk disimak ulasannya!!!
MICHELLIN PILOT SPORTY DAN M85
Menurut Bagus Ardian dari Planet ban, ban Michellin dapat menopang beban sehingga bisa menjaga daya cengkram saat dipakai balap. Ban ini punya compound super soft dan kembangannya didesain untuk balap. “Selain itu, harganya juga ekonomis, tapi kualitasnya tidak kalah dengan produk dan merek lain,” tambahnya.

Pria asal Yogyakarta ini menjelaskan, untuk ukurannya Michellin tipe Pilot Sporty ada dua jenis, 60/90-17 dibanderol Rp 265 ribu. Sedang ukuran 70/90-17 Rp 310 Ribu. “Selain itu ada tipe lain, M85 dengan ukuran 60/90-17 Rp 250 ribu,” kata Bagus yang kantornya di Jl. Tole Iskandar, No 109-110, Depok Timur.

1. MIZZLE DRACO
Keunggulan ban ini jenisnya wet and dry race. “Jadi enggak bingung ketika pada saat balapan tiba-tiba hujan turun. Karena jika dipakai di sirkuit yang kondisinya basah, ban ini akan tetap bisa mengigit,” bilang Supit Hidayat dari Mizzle Shop.

Ban ini juga dirancang untuk kecepatan maksimum 180 km/jam. Untuk urusan harga, ban ini cukup ekonomis ban dengan ukuran 70/80-17 dibanderol Rp 142 ribu, 80/80-17 dilego Rp 183 ribu dan untuk ukuran 90/80-17 harganya Rp 232 ribu. “Itu baru harganya yang list, kalo beli disini akan diberikan diskon sebesar 10%,” jelas Supi yang kantornya di Jl. Dewi Sartika, RT 004/03, Ciputat, Tangerang.

2. CAMEL
Ban yang berasal dari Thailand ini dirancang khusus untuk ban depan. Ukurannya pun paling kecil dibandingkan dengan varian lain. Ukuran 45/90-17 tidak mengurangi daya gigit karena bahannya menggunakan soft compound.

Selain itu, Menurut Tomo, ban yang dijual dengan harga Rp 275 ribu ini dilengkapi dengan ukuran beban maksimum 78 kg. “Ban ini khusus untuk depan. Jadi, ada ukuran maksimum, juga sebagai acuan bahwa ban ini tidak bisa digunakan di belakang,” beber Tomo yang bos Tomo Speed Shop di Jl. Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.

3. IRC EAT MY DUST

Ban ini termasuk paling akrab dengan motor drag. Maklum, di pasaran merek dan tipe ban ini laris manis diserbu para speed jungkies. Selain itu, untuk mendapatkan jenis ban ini tidak sulit. “Sekarang ini Eat My Dust yang lagi banyak dicari orang,” bilang Veronica Nancy dari New Gaya Motor di Jl. HOS Cokrominoto No. 7E, Kreo, Batas, Ciledug, Tangerang.

Keunggulannya, ban yang ‘dilahirkan’ dari pabrik ban IRC Thailand ini memiliki compound yang memang sudah didesain untuk balap, sehingga memang harganya sedikit lebih mahal.

Selain itu, “Eat My Dust itu kembangannya banyak. Bentuk grip ban segitiga jadi bisa lebih lengket dengan aspal. Apalagi jika dipakai ketika trek dalam kondisi basah,” ungkap Tomo alias Utomo Tjioe, komandan Tomo Speed.

Untuk harga dan ukuran ban ini ada 4 varian. Yaitu, untuk ukuran 45/90-17 harganya Rp 425 ribu, sedangkan untuk ukuran 60/80-17 harganya Rp 475 ribu. Ukuran 70/80-17 harganya Rp 525 ribu dan ban yang cocok untuk ban belakang yang ukurannya 50/100-17 harganya Rp 550 ribu.

4. VEE RUBBER DRAKULA DAN SATAN
Vee Rubber termasuk ban yang juga banyak beredar diajang adu kebut. Walaupun banyak yang mengeluhkan kembangan ban ini cepat habis, namun ban asal Thailand ini masih akrab dengan motor drag.

Saat ini, Vee Rubber baru saja mengeluarkan varian baru, yaitu Vee Rubber Drakula. Ban dengan tipe slik alias tanpa kembangan punya beban lebih ringan dibandingkan dengan merek dan tipe yang lainnya. Tetapi, tidak mengurangi daya traksi.

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, Vee Rubber itu bisa dibilang ban paling lengket. Apalagi sekarang ada tipe baru yang tanpa kembang, walaupun ban ini belum pernah dijajal, tapi kemungkinan bisa lebih mencengkram lagi,” tambah pria yang tokonya berada di Jl. Kebon Jeruk IX No. 20, Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

Dari segi harga, Vee Rubber Drakula lebih mahal jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu Vee Rubber Satan. Untuk ukuran 60/75-17 dibanderol Rp 650 ribu dan ukuran 65/75-17 seharga Rp 650 ribu. Sedangkan Vee Rubber Satan, ukuran 60/80-17 dilego Rp 450 ribu dan ukuran 70/80-17 harganya Rp 500 ribu.

Bursa Ban Drag Bike, Ikut Dongkrak Akselerasi

 
Buat adu kebut di trek lurus bin lempeng, ban jadi komponen yang pentung untuk mendongkrak akselerasi. Apalagi di drag bike cuma satu kali start untuk tentukan posisi.

Makanya, salah pilih ban selain handling motor jadi liar, waktu yang didapat juga jauh melorot. “Terutama ketika start, kalau nggak tahu karakter, bisa liar di belakang tuh,” ungkap Utomo, owner Tomo Speed Shop.

Di ajang drag bike kini ada beberapa merek ban yang umum dipakai tim-tim balap. Di antaranya Vee Rubber tipe Satan, IRC tipe Eat My Dust, Dunlop dan Camel. “Kalau pilihan, tergantung pembalap mau pakai yang mana,” bilang Tomo.

Tapi dengan profil yang segitiga, ketika motor berjalan, traksi ban dengan aspal jadi lebih minim ketimbang Eat My Dust. “Tipe kembangan Satan yang memang sedikit lebih cocok buat dipakai di trek kering. Sedang Eat My Dust kembangan lebih banyak,” tambah Tomo .

Soal ukuran, banyak yang pilih 45/90-17 hingga 50/90-17 buat depan. Sedang untuk belakang, mulai dari 60/80-17 hingga 60/90-17.

Salah Kaprah Harian
Namun begitu, ada juga pengguna motor mengaplikasi ban drag buat harian. Ditinjau dari segi fungsi, jelas sudah salah kaprah. “Dampaknya jelas tidak aman, sebab profil ban yang tipis dapat mengurangi traksi ban terhadap aspal ketika diajak menikung. Berbahaya sekali, motor pastinya mudah tergelincir ketika melibas tikungan,” bilang Tomo.

Alasan penggunaan ban drag bike dipakai harian ini, semata-mata hanya mengejar gaya. Bahkan aplikasinya sudah mewabah menjadi tren. “Iya aplikasi ban drag bike mengikuti tren Thailook. Yakni dengan mengganti lingkar roda 17 inci yang dibalut ban drag,” kata Johanes pedagang variasi dari X-16.

Tidak Semua Pabrikan Punya
Meski fenomena balap drag makin subur, terbukti tidak semua pabrikan ban ikut bermain di segmen ini. CST misalnya. “Pabrikan kami di China belum memiliki varian khusus drag. Tapi, sudah kami usulkan untuk ikut di ajang balap trek lurus ini,” kata Nelson Lie, Director Marketing CST Indonesia.

Corsa pabrikan ban yang cukup berkiprah di balapan, baru saja mengembangkan varian spesial yang memang hanya untuk balap di trek lurus 201 atau 402 meter. “Sudah dites di beberapa kejuaraan balap. Hasilnya lumayan bagus. Namun saat ini belum dijual bebas. Kami masih dalam tahap produksi,” sebut Danny Champez, Marketing dari PT Multistada Arah Sarana, produsen Corsa.

Pilihan Ban Drag Bike, Kecil Tapi Menggigit

Balap karapan motor alias drag bike jenis balapan yang lawannya bukan cuma dikejar-kejar motor. Tapi, catatan waktu jadi acuan. Selain performa mesin, ban jadi instrumen penting untuk mendrongkrak akselerasi. Tujuannya? Ya untuk mengejar cacatan waktu terbaik.

Jadi, pada saat memilih ban jangan sampai salah pilih!! Karena jika salah resikonya, handling motor jadi susah dikendalikan alias liar. Hasilnya, catatan waktu pun jadi molor.

Di ajang balap adu kebut trek lurus, karakter ban drag semuanya berukuran kecil. Tapi, uniknya tidak mengurangi daya traksi alias lengket dengan aspal. Selain itu, serbuan ban produk Thailand ikut memeriahkan ajang karapan motor yang saat ini marak di Indonesia. Ada beberapa varian tipe dan merek ban yang dibisa digunakan di ajang balap drag bike.

Diantaranya ada varian ban yang jenisnya slik alias tanpa kembangan, bahannya terbuat dari compound yang bersifat soft disinyalir dapat menambah daya cengkram. Dilihat dari ukuran juga bervariasi dari mulai yang paling kecil 45/90-17 sampai yang paling besar 80/90-17. Selain itu, tipenya beragam, mulai dari yang cocok untuk trek basah sampai cocok disegala cuaca.

Nah, biar enggak penasaran yuk disimak ulasannya!!!
MICHELLIN PILOT SPORTY DAN M85
Menurut Bagus Ardian dari Planet ban, ban Michellin dapat menopang beban sehingga bisa menjaga daya cengkram saat dipakai balap. Ban ini punya compound super soft dan kembangannya didesain untuk balap. “Selain itu, harganya juga ekonomis, tapi kualitasnya tidak kalah dengan produk dan merek lain,” tambahnya.

Pria asal Yogyakarta ini menjelaskan, untuk ukurannya Michellin tipe Pilot Sporty ada dua jenis, 60/90-17 dibanderol Rp 265 ribu. Sedang ukuran 70/90-17 Rp 310 Ribu. “Selain itu ada tipe lain, M85 dengan ukuran 60/90-17 Rp 250 ribu,” kata Bagus yang kantornya di Jl. Tole Iskandar, No 109-110, Depok Timur.

1. MIZZLE DRACO
Keunggulan ban ini jenisnya wet and dry race. “Jadi enggak bingung ketika pada saat balapan tiba-tiba hujan turun. Karena jika dipakai di sirkuit yang kondisinya basah, ban ini akan tetap bisa mengigit,” bilang Supit Hidayat dari Mizzle Shop.

Ban ini juga dirancang untuk kecepatan maksimum 180 km/jam. Untuk urusan harga, ban ini cukup ekonomis ban dengan ukuran 70/80-17 dibanderol Rp 142 ribu, 80/80-17 dilego Rp 183 ribu dan untuk ukuran 90/80-17 harganya Rp 232 ribu. “Itu baru harganya yang list, kalo beli disini akan diberikan diskon sebesar 10%,” jelas Supi yang kantornya di Jl. Dewi Sartika, RT 004/03, Ciputat, Tangerang.

2. CAMEL
Ban yang berasal dari Thailand ini dirancang khusus untuk ban depan. Ukurannya pun paling kecil dibandingkan dengan varian lain. Ukuran 45/90-17 tidak mengurangi daya gigit karena bahannya menggunakan soft compound.

Selain itu, Menurut Tomo, ban yang dijual dengan harga Rp 275 ribu ini dilengkapi dengan ukuran beban maksimum 78 kg. “Ban ini khusus untuk depan. Jadi, ada ukuran maksimum, juga sebagai acuan bahwa ban ini tidak bisa digunakan di belakang,” beber Tomo yang bos Tomo Speed Shop di Jl. Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat.

3. IRC EAT MY DUST

Ban ini termasuk paling akrab dengan motor drag. Maklum, di pasaran merek dan tipe ban ini laris manis diserbu para speed jungkies. Selain itu, untuk mendapatkan jenis ban ini tidak sulit. “Sekarang ini Eat My Dust yang lagi banyak dicari orang,” bilang Veronica Nancy dari New Gaya Motor di Jl. HOS Cokrominoto No. 7E, Kreo, Batas, Ciledug, Tangerang.

Keunggulannya, ban yang ‘dilahirkan’ dari pabrik ban IRC Thailand ini memiliki compound yang memang sudah didesain untuk balap, sehingga memang harganya sedikit lebih mahal.

Selain itu, “Eat My Dust itu kembangannya banyak. Bentuk grip ban segitiga jadi bisa lebih lengket dengan aspal. Apalagi jika dipakai ketika trek dalam kondisi basah,” ungkap Tomo alias Utomo Tjioe, komandan Tomo Speed.

Untuk harga dan ukuran ban ini ada 4 varian. Yaitu, untuk ukuran 45/90-17 harganya Rp 425 ribu, sedangkan untuk ukuran 60/80-17 harganya Rp 475 ribu. Ukuran 70/80-17 harganya Rp 525 ribu dan ban yang cocok untuk ban belakang yang ukurannya 50/100-17 harganya Rp 550 ribu.

4. VEE RUBBER DRAKULA DAN SATAN
Vee Rubber termasuk ban yang juga banyak beredar diajang adu kebut. Walaupun banyak yang mengeluhkan kembangan ban ini cepat habis, namun ban asal Thailand ini masih akrab dengan motor drag.

Saat ini, Vee Rubber baru saja mengeluarkan varian baru, yaitu Vee Rubber Drakula. Ban dengan tipe slik alias tanpa kembangan punya beban lebih ringan dibandingkan dengan merek dan tipe yang lainnya. Tetapi, tidak mengurangi daya traksi.

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, Vee Rubber itu bisa dibilang ban paling lengket. Apalagi sekarang ada tipe baru yang tanpa kembang, walaupun ban ini belum pernah dijajal, tapi kemungkinan bisa lebih mencengkram lagi,” tambah pria yang tokonya berada di Jl. Kebon Jeruk IX No. 20, Hayam Wuruk, Jakarta Barat.

Dari segi harga, Vee Rubber Drakula lebih mahal jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu Vee Rubber Satan. Untuk ukuran 60/75-17 dibanderol Rp 650 ribu dan ukuran 65/75-17 seharga Rp 650 ribu. Sedangkan Vee Rubber Satan, ukuran 60/80-17 dilego Rp 450 ribu dan ukuran 70/80-17 harganya Rp 500 ribu.

Rahasia Biar Ban Drag Bike Lebih Mengigit


Dioles bensol atau bensin
Drag bike adalah balap yang mengutamakan catatan waktu. Sampai seperseratus detik angkanya bisa kelihatan. Dipastikan faktor penggunaan ban sangat menentukan catatan waktu yang memang ketat sekali .

Paling utama tentu memilih ban yang digunakan lebih dulu. Paling krusial ban belakang karena power mesin disalurkan lewat cengkraman karet bundar bagian belakang ini. Jadi, memang benar diperlukan ban yang menggigit.

Menurut Miekeel Tjahjanto dari MC Racing, paling bagus untuk saat ini menggunakan ban IRC Eat My Dust. Ban yang dikeluarkan dari pabrikan IRC Thailand ini memang mahal. Tapi, hasilnya sangat paten karena bukan saja kembangnya yang bagus, tapi compound sangat lunak dan memang compund racing.

Pilihan kedua merek HUT atau Vee Rubber. Ini sih hampir setara ban drag lokal yang banyak di pasaran. Hanya kompon saja yang lunak, tapi belum termasuk compound racing. Makanya ban ini direkomendasikan oleh Miekeel hanya untuk dipakai untuk ban depan.

Untuk itu, buat ban belakang lebih bagus tetap gunakan IRC Eat My Dust. “Bagian yang menapak ke aspal juga benar-benar mendukung untuk mengurangi gejala selip,” jelas Miekeel yang endut dan berkacamata itu.

Namun bukan berarti menggunakan ban IRC Eat My Dust sudah langsung bisa start. Tetap harus butuh perlakukan khusus. Miekeel biasanya pasang tire warmer atau pemanas ban untuk menjaga suhu ban tetap stabil.

Selain itu, ketika mau race juga ada trik khusus yang mantap dilakukan. Permukaan ban yang menapak ke aspal dilumuri bensol. Maksudnya adalah agar karet jadi lunak dan lebih dari soft compound.

Namun supaya tidak licin yang bisa bikin catatan waktu molor, permukaan ban juga harus dibuat sedikit lebih panas. Caranya bisa dengan dibawa burn out. Baru deh bisa langsung start. Wussss...