Minggu, 28 Oktober 2012

Tips Kaki-Kaki

Cek Bos Tengah Laher Roda, Demi Stabilitas


Menyepelekan leher roda oblak, ternyata bukan cuma bikin kestabilan motor berkurang. Tapi, juga mudah mengkikis dan mengubah bentuk permukaan luar bosh as laher roda. Padahal peranti ini bisa dibilang paling jarang bermasalah kecuali kalau lupa dipasang atau salah beli ukuran.

Begitu bosh rusak ditambah laher bermasalah atau belum pernah diganti, poros dan ring dalam bantalan laher secara otomatis menekan kedua ujung bos tengah hingga membuat bentuk dan panjangnya berubah.

Nah, kalau bentuk kedua ujung bos tengah tadi miring atau panjangnya berkurang, efek buruk yang paling terasa roda tidak mau berputar saat mur as roda dikencangkan.

Jika terjadi seperti itu baiknya jangan dipaksa jalan. Kalau diacuhkan biasanya laher roda cepat oblak dan memperparah bos tengah.

Untuk mengatasinya lebih dulu ganti bos tengah laher roda rusak dengan yang baru. Pastikan dulu bahwa diameter luar dan dalam bos leher serta panjang sesuai aslinya. Bila kurang sampau selisih nya 0,5 mm lebih, as roda masih enggak mau berputar.

Selanjutnya ganti kedua laher roda bila oblak untuk memaksimalkan kerjanya. Baru deh as roda bisa dikencangan pakai kunci ring sesuai kekuatan momen yang diperlukan masing-masing mur as roda.
Tips Kaki-Kaki

Setel Pelek, Haram Oleng dan Oval


Setel pelek harus mencakup dua dimensi. Tidak hanya oleng jika dilihat dari depan atau belakang motor. Tapi, pelek juga harus disetel supaya bulat alias tidak oval.

Pengalaman setel pelek dua dimensi ini dialami langsung oleh penulis. Ketika mengalami masalah pelek di motor matic. Gejalanya ban botak sebelah dan pelek sepertinya oval.

Ketika itu dibawa menuju bengkel press pelek Surya Motor Service di Jl. Kebon Jeruk XIV, No. 25A, Kota, Jakarta Barat. Menurut Suryadi yang mengerjakan pres pelek, setel pelek bukan hanya menghilangkan oleng, tapi pelek harus kembali bundar. Ketika dikendarai jadi lurus dan tidak naik-turun kecepatan motornya.

Sistem urut pelek yang dilakukan Suryadi tidak main api. Semua dikerjakan dengan sistem press. Cara melihat kelurusan alias keolengan pelek dilihat pakai jarum yang dipasang di sisi samping atau kanan-kiri pelek. Sehingga bisa tahu kalau bibir pelek terlihat oleng jika kita diputar pakai tangan.

Sedangkan untuk melihat apakah pelek oval, bisa dilihat dengan pasang jarum di sisi luar pelek. Kalau pelek diputar terihat naik-turun sisi luarnya, menandakan pelek itu oval. Harus kembali dipress dari posisi atas pelek.
Virus Modifikasi

Virus Plus Arm Fino Thailand, Stabil Juga Tetap Gaya


Ini dia! Virus atau tren buat dijadikan acuan pemilik skubek Tanah Air. Seperti dilakukan Arief Rahman Hasyim. Di pakai lengan ayun milik Yamaha Fino di Fino milik istrinya.

“Iya. Itu gara-gara melihat Yamaha Fino versi Thailand dilengkapi swing arm. Tapi, anehnya kok di kita malah enggak aplikasi. Jadi, kayak ada yang hilang di sisi kanan atau knalpot,” ujar pria yang akrab disapa Billy dan bisa diajak ngobrol di HP 0816-1601160.

Menariknya, langkah yang dilakukan Billy yang juga pemilik gerai modif Billy Speed itu juga diikuti beberapa rekan-rekannya. Seperti Fahrul Rozy yang pemilik Yamaha Fino kelir kuning ini.

"Habisnya Yamaha terkesan tanggung banget menghadirkan Fino tanpa arm. Sedang versi Thailand saja pakai arm. Sebagai penyuka modif, ya akhirnya saya berkiblat ke Thailand,” ungkap Fahrul yang tinggal di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Langkah Fahrul dan Billy juga mengenai Mathias yang pemilik Yamaha Mio Sporty. Pemilik workshop TB Airbrush ini kenal dekat dengan Billy. Ketika disodorkan virus arm Fino pun dia ikut pasang.

"Selain bikin tampilan lebih beda, yang pasti bisa bikin handling lebih stabil. Buat ikutan contezt, rasanya juga punya nilai lebih,” sebut pria yang motornya tampil di atas tulisan ini.

Begitunya ada perbedaan selera diantara mereka bertiga. Buat Fahrul, lebih suka lengan ayun standar Fino langsung nempel di besutannya. Beda dengan Mathias dan Billy yang sudah memodifikasi arm itu.

"Kalau saya sih lihat arm standarnya sudah enak. Jadi, buat apa dipotong-potong. Lagi juga, sayang kalau dipotong karena belinya sudah cukup mahal dari Thailand,” beber Fahrul.

Tetapi buat pasang arm ini, as roda mesti pakai milik Yamaha Nouvo satu set dengan sil-nya. "Karena as roda Fino Indonesia masih kurang panjang,” sebut Billy yang workshop-nya di Jl. Taruna Jaya 2, No. 39C, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Virus Modifikasi

Tren Model Pelek Terkini, Bagai Sepatu Cewek

Pelek merupakan unsur terpenting dalam penampilan sepeda motor. Pasalnya di zaman yang fashionable ini, pelek sudah seperti sepatu pada wanita, harus tampil mewah, enak dipandang mata dan sesuai dengan gaun yang dipakai.

“Sekarang motor baru yang dimodif pertama diganti pelek dan ban dulu,” kata Willy Dreeskandar, owner bengkel F-16 Indoneisa Workshop Association. Nah, parbrikan juga menyediakan berbagai desain pelek untuk mendukung penampilan modifikasi, atau menambah keren tampilan motor brother. Monggo dipilih.

MAIN WARNA DAN BERLUBANG
Untuk pelek ring 17 inci banyak variasinya, seperti pelek SPS yang yang punya ukuran 1,20 inci pada bagian depan dan 1,40 inci untuk pelek belakang. Punya desain bolong-bolong atau berlubang pada bagian dindingnya. Karena bolong-bolong, jadi pelek yang dibanderol Rp 750 ribu per set ini identik dengan pelek drag.

Ada juga merek Sharky, pelek ini punya desain permainan warna yang meriah. Pada bagian lubang jari-jari warnanya berbeda-beda sehingga pelek yang berukuran 1,40 inci ini terlihat matching. Pelek produksi Thailand ini punya bentuk yang mengembung pada bagian jari-jarinya, sehingga warna yang terdapat pada lubang jari-jari itu bisa lebih jelas terlihat.

GAYA BOBBERSementara itu, buat brother yang suka dengan modifikasi ada beberapa alternatif desain pelek. Seperti pelek lokal bermerk SQ, pelek ini cocok untuk motor matik yang ingin aplikasi ban gambot, karena pelek ini lebarnya 3,00 inci.

Asiknya, Pelek yang cocok untuk motor matik yang ingin dimodif gaya bobber ini keadaannya masih mentah. Jadi, brother enggak ragu untuk mengubah warnanya.

Selain itu, pelek asli buatan lokal ini terbuat dari besi. Sehingga brother aman jika riding melintasi jalanan yang kondisinya kurang mulus. Jadi, jika pelek itu benjol cukup dibetulkan dengan cara disetel ulang tanpa harus dipress.


SPORTY & JADULRim 17 inci tentu biasanya diaplikasi di motor bebek dan sport. Dari desain, pilihan warna dan bentuk palang sangat banyak.

Desain pelek palang lebih condong ke kesan modern. Contoh desain pelek Chemco, pelek ini diminati pembesut motor batangan kelas 200 cc ke bawah karena bentuk palang menyerupai pelek Kawasaki Ninja 250R, yang sporty. Warna yang tersedia putih, hitam dan oranye.

Beda lagi dengan pelek mono blok rim 17, walau pelek palang namun kesan yang didapat motor jadul. Axio ring 17 dengan model palang 20 yang sekarang sedang ramai dipakai di skubek. Palang 3, 6, 8 dan 10 juga ada, bro.

BANYAK PALANGDi kelas pelek matik ini ukuran yang bermain adalah ukuran lebar. Karena kebanyakan motor matik memodifikasi peleknya jadi lebih gambot dibanding standar.

Desainnya menyerupai pelek mobil, seperti merek POWER. Juga ada pelek palang dengan jumlah palang sebanyak 20 bahkan 24 palang, mirip seperti pelek jari-jari.

Selain itu ada juga desain palang yang dibentuk menyerupai bunga Rose, sehingga disebut dengan palang Rose, jumlah palangnya ada 5. Pelek DBS ring 14 inci, desainnya menyerupai pelek mobil balap dengan ukuran 1,60 – 1,85 inci.

Rabu, 10 Oktober 2012

Tips Performance

Beda CDI Standar dan Racing, Ada di Timing Pengapian dan Limiter


Bagi yang senang korek mesin pasti sudah paham apa itu CDI racing. Namun bagi pemula yang baru kenal motor tidak mengerti apa itu CDI racing. Bahkan bisa diartikan salah kaprah. CDI racing bisa dibilang untuk membesarkan api busi. Ini harus diluruskan.

Pertanyaan apa sih CDI racing pernah terlontar dari pembaca. Untuk itu bisa dijelaskan lagi. CDI racing dengan CDI standar ada perbedaan. “Pertama, dari timing atau derajat pengapian. Diukur dari TMA (Titik Mati Atas) atau posisi piston paling atas atawa TOP,” jelas Novry Zainulloh dari NZ Racing di Jl. KH Mas Mansyur, Ciledug, Tangerang.

CDI racing biasanya timing pengapian lebih advanced. Maksudnya derajat pengapian lebih maju. Misalkan di CDI standar pada 6.000 rpm, timing pengapiannya 30 sebelum TMA. Api busi memercik 30 sebelum TMA. Nah, di CDI racing bisa saja lebih maju 32 derajat.

Biasanya oleh produsen CDI racing dites menggunakan dinotes atau di sirkuit. Berdasarkan coba-coba, timing pengapian dimajukan. Atau bahkan dimundurkan. Kemudian dites, jika power naik dan tidak ngelitik didapat derajat yang pas.

Setelah didapat derajat yang pas, oleh produsen CDI racing diproduksi massal. Biasanya timing pengapian ini disesuikan dengan kondisi bahan bakar lokal. Ada hubungan dengan oktan bensin.

Makin bagus bahan bakar, punya oktan yang tinggi. Misalnya bensin Premium punya oktan 88. Setelah ganti pakai Pertamax Plus oktannya 92. Timing pengapian bisa lebih maju supaya power yang digapai maksimal. Karena bahan bakar oktan tinggi perlu pembakaran lebih lama agar tuntas terbakar.
CDI racing programable bisa atur maju mundur derajat pengapian
Di CDI racing, selain timing pengapian yang berbeda dengan CDI standar, biasanya rpm limiter dihilangkan. Misalnya di motor standar yang asalnya limiter di 9.500 rpm mesin sudah mbrebet, di CDI racing bisa dihilangkan. Bahkan bisa diseting lebih tinggi. Misalnya di 14.000 rpm supaya mesin lebih teriak. Di motor standar dikasih rpm limiter atau putaran dibatasi supaya awet dan irit.

Dalam penentuan timing pengapian juga berhubungan dengan rasio kompresi. Misal dari spesifikasi teknik di motor standar 9,3 : 1. Cukup pakai bensin Premium dengan timing pengapian 30 derajat.

Begitu rasio kompresi dibikin 12,5 : 1 tak bisa pakai Premium. Minimal harus Pertamax Plus dengan timing pengapian harus lebih maju. Makanya di balap muncul CDI racing programmable. Artinya timing bisa diubah-ubah sesaui rasio kompresi dan bahan bakar.
Tips Performance

Bore Up Honda Vario Techno 125 PGM-FI, Bisa Pakai PCX 150

Kemunculan Honda PCX 150 membawa angin segar bagi pemilik Honda Vario Techno 125 PGM-FI yang suka akselerasi. Karena banyak dari sobat biker berpikir kalau Vario 125 bisa dibore up pakai engine milik PCX 150. Benar enggak ya?

“Konsep mesin PCX 150 dan Honda Vario Techno 125 PGM-FI sama. Yaitu, eSP Engine (Enhanced Smart Power). Tetapi, untuk substitusi, tentu banyak penyesuaian,” ujar Sarwono Edhi, Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM).

Memang, kalau bicara soal baut empat pemegang silinder blok dan kepala silinder, keduanya tidak berubah. Jadi, blok PCX 150 bisa langsung pasang. Perbedaannya hanya di bagian water jacket saja. Itu bisa disebabkan karena piston PCX 150 memang lebih besar dari piston Vario 125.

Yang jelas, ketika aplikasi piston PCX buat di Vario, kudu mengubah pen piston. Itu karena pin piston milik PCX 150 berdiameter 14 mm. Sedang pin piston Vario 125 punya diameter 13 mm. “Besarnya torsi yang dimiliki PCX 150 membuat pin piston juga lebih besar. Sehingga piston lebih kuat menahan torsi yang lebih besar,” tambah Edhi yang ramah.

Maka itu kalau tidak mau repot, baiknya juga aplikasi kruk as milik PCX juga. Besarnya ubahan piston juga kudu diukuti dengan perubahan diameter klep. Klep bisa juga pakai PCX 150. Jika di Vario 125 pakai klep 27 mm (in) dan 22 mm (ex), maka PCX 150 usung klep 29 mm (in) dan 23 mm (ex).

Lagi-lagi, kalau enggak mau repot sih bisa saja usung seluruh jeroan dan kepala silinder PCX 150. Toh, bisa langsung pasang juga kok. Paling hanya menyesuaikan paking head saja. Karena bentuk paking Vario dan PCX berbeda.

Langkah terakhir, penyesuaian di injektor. Maklum! Karena tak lagi aplikasi spuyer, maka injektor yang kudu diganti agar kebutuhan di ruang bakar terpenuhi. Injektor, bisa juga pakai milik PCX 150.

Nah, terjawab sudah. Jadi, ada pilihan bore up tuh buat bikin Vario 125 berlari makin kencang.
Tips Performance

Beda Diameter Leher Knalpot Racing dan Standar


Ini ulasan soal perbedaan diameter knalpot standar dan racing. Diangkat lewat pertanyaan yang diajukan di grup Facebook MOTOR Plus Reader. Seperti dikutip dari kiriman wall Yoga Cristian Audiger yang nulis “Saya kemarin baru beli knalpot racing untuk Yamaha Scorpio, tapi kalau saya perhatikan leher knalpotnya ternyata jauh lebih kecil daripada originalnya. Apakah ada pengaruhnya terhadap akselarasi dan top speed?”.

Kita bahas soal knalpot standar dulu. Memang kebanyakan knalpot racing, diameter lehernya lebih kecil dibandingkan standar. “Perbedaan diameter luar leher knalpot itu, karena knalpot standar biasanya dilapis seperti kondom sekitar 2 sampai 3 lapis untuk konsumen protek. Juga sebagai peredam panas yang berlebihan,” jelas M. Abidin, General Manager Service Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).

Dari perbedaan ini, coba ulas soal diameter dalam dan luar knalpot standar Yamaha Scorpio. Untuk diameter dalam leher knalpot Scorpio bisa diukur dengan jangka sorong sekitar 34,5 mm, sedangkan diameter luar didapat sekitar 49,5 mm. Terlihat dari angka yang tertulis beda angka diameter dalam dan luar sekitar 15 mm. Itu karena terdapat lapisan dileher knalpot.

“Knalpot standar didesain untuk efisiensi engine, sedangkan knalpot racing diciptakan sesuai kebutuhan setingan engine yang sudah abnormal. Tentu saja ukuran pun pasti berubah,” tambah Abidin. Jadi, kalau dipermasalahkan soal diameter luar leher knalpot, coba deh lihat diameter dalamnya apakah sama atau berbeda.

Perbedaan diameter leher knalpot yang lebih besar atau kecil, pasti sangat pengaruh terhadap akselarasi motor. Dengan diameter leher lebih kecil, akselarasi bawah pasti lebih cepat naik alias galak.

"Sedangkan diameter leher yang lebih besar akselarasi malah jadi lebih lemot dibanding dengan diameter leher yang kecil,” jelas Sarjono, mekanik yang nengok disapa Kancil dari bengkel Sweet Martabak Racing (SMR), yang bermukim di Jl. Joglo Raya No. 190, Ciledug, Tangerang, (depan SMA Yadika 5).